-->

PENAMPAKAN GAJAH MADA DARI SANGGAR MPU POERWA



Mojokerto


Gajah Mada, Bhayangkara dan kejayaan Nusantara merupakan ikatan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan lainnya. Mengapa bisa demikian? Hal ini tidak lepas karena Gajah Mada yang tadinya merupakan anggota pasukan Bhayangkara ketika diangkat menjadi Mahapatih Amangkubhumi sukses menyatukan Nusantara dibawah mapanji Gula-Kelapa Majapahit lewat Sumpah Palapanya.


Peran utama Gajah Mada pada kejayaan Nusantara di masa lalu membuat banyak orang penasaran dengan ketokohannya  sehingga memancing rasa ingin tahu tentang bagaimana sosok beliau yang sebenarnya. Ditambah lagi dengan  referensi data tentang sosok beliau yang sangat minim membuat mereka yang mengagumi kebesaran nama Gajah Mada semakin pemasaran.


Selama ini orang mengenali sosok Gajah Mada baik dari buku maupun patung dengan penggambaran tubuh kekar dan berwajah bulat. Penggambaran ini merupakan hasil imajinasi kreatif Mohammad Yamin yang merupakan seorang ahli sejarah dan Menteri Penerangan dimasa Presiden Soekarno. Dan penggambaran sosok Gajah Mada oleh Mohammad Yamin inipun juga tanpa di dukung dengan data-data primer sejarah. 


Namun kali ini kembali banyak di bicarakan tentang penggambaran sosok Gajah Mada  yang di sampaikan oleh Mohammad Yamin tersebut yang sangat berbeda dengan Gajah Mada menurut penggambaran Mpu Haris pemilik sanggar Mpu Poerwa di Dusun Perning, Desa Perning, kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. Banyak yang bertanya-tanya manakah sosok Gajah Mada yang benar. 



Menurut Mpu Haris, Setelah menjalani proses pencarian yang lama, melalui penampakan "roh suci Gajah Mada", barulah dirinya dapat melukiskan Gajah Mada ketika sedang mengumandangkan Amukti Palapa sambil mengangkat sebilah keris. Matanya menatap tajam kedepan menggambarkan rasa optimis yang tinggi. Wajahnya tampak masih muda dan tegas. Badan tegap berotot.


Bagaimana "lahirnya" lukisan tokoh Gajah Mada tersebut hingga bisa menimbulkan kontroversi dengan apa yang sudah ada sebelumnya? Hal itu berawal ketika Mpu Haris mendapat pesanan melukis wajah petinggi kerajaan Majapahit. Tidak main-main, pelukis yang karyanya banyak diburu para kolektor lukisan dalam dan luar negeri itu mendapat pesanan melukis enam wajah petinggi kerajaan Majapahit yang nilainya ratusan juta Rupiah.


Keenam petinggi Majapahit yang dimaksud yaitu; Hayam Wuruk, Tribuana Tunggadewi, Gajah Mada, Jayanegara, Wikramawardhana dan Raden Wijaya. Tentu ini bukan perkara ringan. Karena bukan hanya perkara estetika, karakteristik goresan atau hal-hal yang berkaitan dengan kaidah-kaidah artistik saja. Mpu Haris dihadapkan pada tanggungjawab moral yang lebih besar lagi yaitu tehadap kebenaran sejarah leluhur yang merupakan bapak bangsa.


Adanya panggilan yang kuat untuk tidak hanya sekedar melukis wajah orang dengan latar belakang kehidupan masa Majapahit saja tapi demi menghasilkan karya yang benar-benar memiliki "roh" art yang kuat maka Mpu Haris mulai melakukan pengalian dari berbagai sumber dengan mencari referensi ke berbagai tempat seperti di Bali, Yogjakarta, Pasar Seni di Ancol maupun konsultasi dengan sesama pelukis lain. Namun dari pencarian itu tidak diperoleh petunjuk yang kuat.


Akhirnya Mpu Haris melakukan pencarian dengan cara olah spiritual. Didampingi beberapa ahli spiritual ia melakukan meditasi di berbagai tempat yang memiliki keterkaitan erat dengan ke lima tokoh utama kerajaan Majapahit tersebut seperti di situs petilasan Hayam Wuruk, petilasan Jayanegara di Jabung, dan beberapa petilasan lainnya di sekitar Mojokerto.


Awalnya Mpu Haris menyelesaikan  lukisan Hayam Wuruk pada tahun 2016 kemudian lukisan Gajah Mada . Sedangkan untuk dapat melukiskan wajah Gajah Mada Mpu Haris harus melakukan meditasi sebanyak tujuh kali. Karena pada meditasi pertama kali penggambaran yang didapatkan masih sangat samar. 


"Dari meditasi pertama di petilasan Gajah Mada di Lebak Jabung saya sudah dapat gambaran dan membuat sketsa. Tapi saat mulai mengerjakan lukisan itu saya merasa seperti orang goblok. Saya merasa kebingungan. Merasa ada sesuatu yang belum saya dapat. Untuk itu saya melakukan meditasi kembali di petilasan Gajah Mada. Dalam meditasi itu saat saya mendapatkan penglihatan bertemu sosok Gajah Mada saya merasakan energi yang sangat kuat menghempaskan saya ke belakang. Ternyata menurut teman-teman saya memang terlempar ke belakang hingga membentur dinding petilasan." kisah Mpu Haris saat di temui di sanggarnya pada Senin (5/10/2020).


Untuk itulah Mpu Haris perlu mengulang-ulang meditasinya sampai mendapat penggambaran yang jelas dan  bisa menyelesaikan lukisan Mahapatih Amangkubhumi Majapahit Gajah Mada. Ketika ditanya tentang karyanya yang menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat Mpu Haris menyatakan bahwa lukisannya itu penggambaran ketika Gajah Mada masih muda. Badan dan wajahnya masih kencang. 


Sedangkan ketika ditanya siapa pemesan dan yang mengkoleksi lukisan itu Mpu Haris menyatakan minta maaf tidak bisa menyebutkan karena sesuai komitmen dengan pemesanannya agar tidak di beritahukan pada siapapun.



Siapa Mpu Haris itu?


Mpu Haris adalah seorang pelukis kelahiran tahun 1962 yang tinggal di  Dusun Perning, Desa Perning, kecamatan Jetis, kabupaten Mojokerto.  Anak ke 14 dari 15 bersaudara dengan nama asli  Haris Poerwandi. Istrinya bernama Winarsi. Kedua anaknya perempuan Yustisia Margara Al Hakam dan Swastikaraton souminar. 


Karya- karya pelukis yang sudah memiliki seorang cucu tersebut kebanyakan bertemakan kehidupan sosial seperti suasana pasar, panen atau kehidupan di perkampungan. Karyanya banyak diburu para kolektor baik dalam dan luar negeri. 


Totalitasnya terhadap seni lukis yang di geluti tidak bisa diragukan lagi. Di pandangan sesama seniman mpu Haris di kenal pernah mengambil langkah "edan". Bagaimana tidak, kalau kebanyakan orang mati-matian berusaha menjadi pegawai negeri tapi dirinya malah mati-matian berusaha mundur dari statusnya sebagai aparatur sipil negara agar bisa secara total menempatkan hidupnya sebagai seorang seniman lukis. 


Pengabdiannya sejak 1987  akhirnya secara resmi berakhir pada tahun 2005. Secara prinsip dia pernah mengatakan jikalau dia sebagai seorang aparatur sipil negara makin lama ia makin tua dan pensiun. Tapi jika ia secara total sebagai seorang seniman makin tua karya-karyanya akan semakin bernilai tinggi.


Dan prinsip itu kini semakin terbukti. Kiprahnya banyak dibutuhkan orang. Pemikiran banyak dipakai untuk mendukung pembangunan baik oleh swasta maupun pemerintah. Utamanya yang terkait pada sisi artistik. Saat ini Mpu Haris di percaya untuk mengerjakan sebuah maha karya  yang bernama Dhamar Kamayan.


Dhamar Kamayan adalah sebuah taman seluas 4,5 hektar yang menempati lahan milik PT. Kitoshindo International Biotechnology di desa Jetis Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Dhamar Kamayan adalah taman yang dibangun dengan mengambil nuansa Majapahitan. Ada replika gerbang Wringin Lawang, kolam Segaran dan Candi Bajang Ratu yang dibuat sama seperti ukuran aslinya. Demikian juga ada pendopo sebagai perwujudan Balai Manguntur Majapahit. Untuk kedepan akan segera dibuat  replika candi  Sawentar dengan ukuran yang juga sama persis aslinya.


Taman Dhamar Kamayan ini nantinya akan digunakan sebagai tempat menyambut tamu dari PT. Kitoshindo International Biotechnology baik dari dalam maupun luar negeri. Sebagai pengenalan akan kebesaran Indonesia pada masa lampau. Buah kerja Gajah Mada.


Penghargaan dan prestasi yang pernah diraih oleh Mpu Haris antara lain:

1. Tahun 1990, dari Gubernur Jawa Timur Soelarso. Poster kejar paket "A" tingkat regional terbaik. 


2. Tahun 1992, dari Gubernur Jawa Timur Soelarso. Poster kejar paket "A" tingkat regional terbaik.


3. Tahun 1992, Anugrah seni dan aksara Mendikbud Prof. DR. Fuad Hasan. Pemenang kedua poster pendidikan luar sekolah tingkat nasional.


4.Tahun 1992, dari Lembaga Siklus ITS "Jawa Pos The Best Teen" sayembara poster lingkungan hidup. 


5.Tahun 1993, dari Redaktur majalah Trubus "10 karya terbaik". Lomba poster lingkungan hidup. 


6. Tahun 1995, dari Ali Ugur Tuncher direktur UNPFA (United Nation Population Fund) di Indonesia sebagai nominator poster internasional.


7. Tahun 1995, dari Menteri Kependudukan dan KB Prof. DR. Hayono Suyono 10 poster terbaik nasional.


8. Tahun 2006 dari Menkominfo Sofyan Djalil. " Poster KIM terbaik tingkat nasional".


9. Tahun 2006, dari Gubernur Jawa Timur Imam Utomo "poster KIM terbaik tingkat regional".


10. Tahun 2008, dari PT. Djarum Kudus. sebagai "Pemenang display nasional semangat kemajuan 2008 terbaik". 


11. Tahun 2011,  terpilih sebagai Karya koleksi museum Affandi Yogyakarta dalam ajang pameran next@rt bersama Kosmubaya. 


12. Tahun 2011, pemenang lomba sketsa logo Ancol art festival XVII  di ajang Jambore seni nasional ke XVI  2011 Jakarta.


13. Tahun 2012 mendapat undangan kehormatan dari Gubernur Lemhanas untuk membuat karya lukisan bertema perjuangan bangsa Indonesia


14. Dan masih banyak penghargaan seni lainnya.



Agus Buyut 

 Advertisement Here
 Advertisement Here