-->

LULUD MINTOYO, EKSPOR TERAKOTA MAHKOTA PAGAR BERCORAK RAGAM HIAS MAJAPAHIT KE MALAYSIA DAN JERMAN

 

MOJOKERTO-FBINEWS.NET


Lulud Mintoyo (54), laki-laki kelahiran Tulungagung ini akrab dipanggil dengan sebutan Mbah Min. Ia dikenal sebagai seniman serba bisa. Berbagai bidang seni dia kuasai, seperti: melukis, karawitan, ukir kayu, ukir batu, ukir wayang, pedalangan, batik, ketoprak dan lain-lain.


Hal ini bisa terjadi karena Lulud Mintoyo adalah jebolan Sekolah Menengah Industri Kerajinan Pacitan dan Akademi Seni Karawitan Indonesia (sekarang ISI) Surakarta. Dengan demikian tidak bisa diragukan lagi jika jiwa seninya sudah terasah sangat dalam sejak ia masih muda.


Saat ini laki-laki yang tinggal di RT.2  RW.5 Dusun Urung-Urung, Desa Kebonagung, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto ini pun sering mendapat tugas pengerjaan mobil hias, patung fiberglas, gapura dan pagar bercorak Majapahit.


Terkait mengenai pagar bercorak Majapahit tersebut ada satu bagian penting yang disebut dengan mahkota pagar. Ada banyak bentuk mahkota pagar yang secara umum juga berfungsi sebagai tempat lampu. Tapi satu-satunya mahkota pagar yang memiliki corak Majapahit adalah yang di produksi oleh Lulud Mintoyo.


Kisah pembuatan mahkota pagar produksi Lulud Mintoyo ini berawal dari rencana perombakan pagar di wilayah kabupaten Mojokerto yang direncanakan dimulai pada tahun 2017 lalu. Maka demi bisa memenuhi kebutuhan pagar dengan mahkota yang benar-benar bercirikan Majapahit iapun segera membuat desainnya. Hal itu karena di pasaran belum ada yang menjual mahkota pagar yang memiliki ciri khas Majapahit. Yaitu yang menggunakan ukiran berkarakter ragam hias Majapahit. Proses itu ia mulai pada November 2016. Diawali dengan membuat desain, membuat cetakan hingga mencoba memulai memproduksi. 


Namun awal produksi  mahkota pagar dari terakota ini belum membuahkan hasil karena terakota buatannya selalu hancur. Ia tak patah semangat. Dia pun terus mencoba dan mencoba lagi. Namun tetap saja belum bisa menghasilkan produk yang sesuai dengan harapannya.


Saat itu ia mulai kebingungan untuk menemukan apa yang menjadi penyebab terakota mahkota pagar buatanya selalu pecah.


Maka Lulud Mintoyo pun melakukan kajian dengan lebih mendalam. Perenungan, meditasi juga ia lakukan. Termasuk bermeditasi di beberapa situs Majapahit. Bahkan sampai ke goa Puthuk Kursi yang berada di Desa Sendi, Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto. Karena goa ini selain dikenal sebagai salah satu peninggalan zaman penjajahan Jepang juga dipercaya terkait  jejak peradaban Majapahit.


Dalam perjalanan membuat cetakan terakota mahkota pagar ini Lulud Mintoyo sempat harus mengganti desain cetakannya sebanyak 4 kali. Akibatnya ia harus merogoh kocek sangat dalam. Tak kurang 25 juta ia habiskan untuk mendapatkan desain cetakan yang tepat seperti yang digunakan untuk produksi saat ini.


"Maune nggawe iki buyar-buyar terus lo (awalnya membuat ini selalu hancur)" kata Lulud Mintoyo saat di temui di galerinya di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.


Dan untuk bisa menemukan desain mahkota pagar sampai bisa diproduksi seperti saat ini membutuhkan waktu  sekitar 8 bulan yaitu mulai bulan November 2016 sampai bulan Juli 2017.


Satu proses yang tidak ringan. Tapi hal ini ia jalani karena keinginannya menampilkan karya yang benar-benar sesuai dengan karakter Mojokerto yaitu dimana dahulu Mojokerto merupakan tempat berdirinya pusat kerajaan Majapahit.


Hingga pada bulan Juli 2017 ia berhasil menemukan desain cetakan dan cara yang tepat untuk memproduksi mahkota pagar dengan bahan terakota. Terakota mahkota pagar buatan Lulud Mintoyo ini sarat dengan simbol-simbol. Bagian paling bawah menggambarkan kelopak teratai yang melambangkan kesucian yg mendasar. Kemudian diatasnya ada 4 kemamang (inti api) melambangkan sebagai tolak bala. Artinya sebagai penolak datangnya penyakit, malapetaka, kemalangan atau cobaan dari ke 4 penjuru arah mata angin. 


Diatasnya lagi ada topong raja yang terdapat ukiran berbentuk kumuda dan nyamat. Keduanya merupakan penggambaran bahwa raja dan kerajaan ada dibawah perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.


"Secara menyeluruh ya inilah Majapahit. Dari kesucian yang mendasar sampai pada puncaknya raja dan kerajaan di bawah perlindungan Tuhan Yang Maha Esa. Satu kerajaan yang subur, makmur, aman, tentram, adil, damai dan sejahtera. Jauh dari malapetaka dan segala macam cobaan. Dan kalau terakota ini di foto dari atas akan terlihat seperti surya Majapahit." jelas Lulud Mintoyo.


Pembuatan terakota mahkota pagar ini membutuhkan waktu yang lumayan lama. Mulai dari mencetak tanah liat, pengeringan, pembakaran, merangkai hingga finishing memerlukan waktu tidak kurang 1 minggu. 


Pada tahun 2018 sampai 2020 mahkota pagar dari terakota ini sudah menembus pasar luar negri. Ia sempat kaget, ternyata peminat karyanya di luar negri  banyak sekali. Terhitung lebih dari 2.000 unit sudah di kirim ke Malaysia dan Jerman. Proses ekspor menjadi terhenti akibat adanya pandemi. Harapannya pandemi ini segera berakhir sehingga proses ekspor bisa diteruskan lagi. Sementara saat ini produksi masih untuk memenuhi kebutuhan dalam negri. (Agus Buyut)

 Advertisement Here
 Advertisement Here