-->

Kasihan Juara l Anak SD Dibatalkan Panitia, Orang Tua Nangis Minta Walikota Usut Tuntas


 

Ternate- FBINEWS 

Kejuaraan karate antar pelajar Piala Walikota Cup I 2023 yang diikuti oleh sejumlah siswa-siswi tingkat SD, SMP dan SMA di Kota Ternate menjadi salah satu proses tahapan seleksi para atlet untuk mengikuti ajang Popda 2024 nanti, Senin ( 1/1/2024).


Pelaksanaan kegiatan digelar di GOR Kelurahan Ubo-ubo, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, Maluku Utara (Malut) itu dimulai 27, 28 sampai 29 Desember 2023.


Dari informasi yang diterima, menyampaikan, meski terbilang ramai dengan sejumlah atlet pelajar dari SD, SMP maupun SMA juga SMK, yang terbagi dalam kelas usia dini, pra mula, pemula, cadet, dan junior. Namun, jalannya pertandingan sempat diwarnai aksi protes keras dari manajer, guru dan orang tua atlet. Bahkan hingga penyerahan medali serta sertifikat juara oleh panitia dan dewan juri dinilai cacat prosedural dan keliru.


Kepada Media Pelatih Rizka Amal mengatakan, event yang di laksanakan kemarin itu dalam rangka merayakan Hajat Kota Ternate ke 773. Maka ada pelaksanaan open turnamen tingkat pelajar se Kota Ternate.


Jadi notabenenya dalam surat undangan dan proposal itu di tujukan kepada masing-masing sekolah yang dibuat khusus untuk para pelajar. Akan tetapi dalam penyelenggaraannya itu banyak kekeliruan, melenceng dari apa yang dituliskan pada poin-poin dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.


"Dilihat poin pertama ada kekeliruan dari formulir pendaftaran peserta, dimana isinya tidak mencantumkan asal perguruan. Otomatis peserta yang daftar misalnya anak-anak saya tidak mendaftar atas nama perguruan dong, tapi ketika pihak panitia sering hasil pendaftaran malah peserta yang didaftarkan tercantum nama perguruannya," ucapnya.


Untuk poin selanjutnya, pada tahap pelaksanaan hari pertama yang mana pada proses technical meeting turnamen tersebut tidak diklasifikasikan semisalnya SD dengan SD dan bgitu juga SMP sampai SMA. Kenyataan pelaksanaan peserta yang ditandingkan justru dikelompokkan, dengan alasan panitia bahwa ini turnamen antar tingkat pelajar.


Lebih lanjut, kebobrokan panitia penyelenggara tak cukup sampai disitu, dihari terakhir tahap pengalungan mendali seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya peserta turnamen kompetisi itu mewakili sekolah bukan perguruan nyatanya panitia justru membacakan hasil perolehan juara atlet yang menang mewakili perguruan bukan sekolah.


"Jadi saat penyerahan mendali nama atlet disebut dan perguruan, ini kan keliru di awal turnamen ini diperuntukkan tingkat sekolah atau pelajar bukan perguruannya," tutur Rizka.


Padahal anak-anak yang mengikuti turnamen itu semuanya membawa nama sekolah mereka masing-masing, bukan membawa nama perguruan.


Bukan hanya disitu kesalahan fatalnya, menurut Rizka, ada juga pada peringkingan juara umum. Karena turnamen ini kan sudah jelas antar pelajar, olehnya itu peringkingan diberikan untuk atlet mana dan dari sekolah mana yang paling mendominasi mendapatkan mendali emas. Tapi sebaliknya perangkingan diberikan untuk atlet dari perguruan karatenya, tentu hal ini jadi pertanyaan besar, karena seluruh kontingen ini mendaftarkan dengan membawa sekolah mereka masing-masing.


"Dan paling lucunya lagi, atlet saya atas nama Nurulhujaifa Humah bertanding di kategori KATA Perorangan Kadet Putri dan mendapat juara 1, tapi dibatalkan oleh panitia dengan alasan bahwa inikan kegiatan antar pelajar sedangkan Nurul masih SD bukan SMP maka juara dibatalkan di Kadet tapi di kategori Pemula, yang juara 2 naik jadi juara 1. emang anak SD bukan pelajar?," kesal Rizka.


Ditambahkan Rizka, dan lebih parahnya lg pihak panitia beralasan bahwasanya nanti ketika di panggil pada saat pengalungan medali masa pelajar SD juara 1 baru SMP juara 2 dan 3, inikan alasan yang sangat tidak masuk akal.


"Kenyataan pengalungan medali tidak dibacakan asal sekolah bahkan atlet saya tidak panggil untuk pengalungan medali, terlebih lagi saya sebut aneh ada atlet tak turun tanding justru meraih juara, nah ini juga soal. Maka bisa disimpulkan pelaksanaan turnamen itu terkesan terburu-buru dan panitia juga mungkin tak paham atau mengerti tentang penyelenggaraan turnamen.


"Untuk piagam penghargaan juga cacat secara aturan, sebab ditandatangani oleh Rustam P Mahli dengan mengatasnamakan Ketua Forki Kota Ternate, padahal yang kami ketahui ketua Forki terpilih itu Pak Samin Marsaoly," beber Rizka.


Jadi kami meminta kepada Walikota Ternate agar memanggil panitia yang membatalkan atlet juara l tersebut juga mengevaluasi panitia pelaksana, biar kedepannya tidak terjadi lagi hal nemalukan seperti ini.


"Kami, pelatih, orang tua atlet maupun pihak guru sebagain besar merasa dipermainkan dan terkesan tertipu. Mengapa demikian karena pelaksanaan event seperti saja cacat prosedural," pungkasnya.


Sementara, Ketua Panitia Sadam saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (31/12/2023) perihal tersebut belum bisa memberikan komentar yang lebih jelas.


"Siap nanti konfirmasi ke Sense Dedy soalnya saya masih dalam perjalanan ke tempat tugas jadi belum bisa pak. Mohon maaf sebelumnya. Sudah saya infokan ke Sense Dedy jadi langsung hubungi dia saja pak," singkatnya.

Kemudian wartawan menghubungi Sense Dedy melalui via telpon seluler dan Whatsappnya akan tetapi tidak dapat berkomentar banyak atas persoalan tersebut.


"Maaf pak saya tadi di Gamalama, gigi sakit sekali jadi pulang baru sampai rumah ni. Maaf sakit sekali," sebut Dedy melalui pesan WhatsAppnya kepada wartawan.


ILON HI.M MARSAOLY

 Advertisement Here
 Advertisement Here